Kamp Yarmuk di Damaskus kembali menjadi sorotan. Meski pemerintah Suriah yang baru masih memprioritaskan rekonstruksi wilayah warga Suriah, pembangunan di kawasan ini justru bergerak lebih cepat. Hal itu bukan karena alokasi dana pemerintah, melainkan berkat peran besar yayasan pengungsi Palestina yang sudah lama mapan.
Bantuan dari diaspora Palestina di berbagai negara mengalir ke Yarmuk. Dana-dana tersebut diprioritaskan untuk memperbaiki rumah-rumah, fasilitas umum, hingga jalur transportasi di dalam kamp. Sumbangan itu dipadukan dengan kiriman dari para pemilik rumah yang berada di luar negeri, sehingga rekonstruksi bisa berjalan meski pemiliknya belum kembali.
Sebelumnya, baladiyah atau otoritas kota telah turun tangan membantu membersihkan jalan-jalan di sekitar Yarmuk. Pembersihan itu membuat kawasan yang dulunya dipenuhi puing dan reruntuhan kini lebih mudah dilalui kendaraan maupun pejalan kaki. Ini menjadi langkah awal sebelum pembangunan rumah dan infrastruktur dilanjutkan.
Kamp Yarmuk memang memiliki posisi khusus dalam sejarah Suriah. Wilayah ini sejak lama disebut sebagai ibu kota diaspora Palestina, menjadi rumah terbesar bagi pengungsi Palestina di negeri itu. Identitas Palestina begitu kental, menjadikannya berbeda dengan permukiman Suriah lain yang hancur karena perang.
Dalam sebuah video dokumenter bertajuk “اليرموك ذاكرة فلسطينية في قلب دمشق” atau “Yarmuk, Memori Palestina di Jantung Damaskus”, digambarkan betapa kamp ini menjadi cermin kerinduan warga Palestina pada tanah air mereka. Setiap rumah dihiasi gambar desa asal dan kunci tua yang digantung di pintu, simbol harapan akan kembali ke Palestina.
Video itu juga menggambarkan aroma khas Palestina yang memenuhi udara, dari za’atar hingga minyak zaitun yang menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya kuliner mereka. Dialek Palestina terdengar di setiap sudut jalan, mempertegas bahwa kamp ini adalah bagian hidup dari Palestina yang tertanam di jantung Suriah.
Kondisi itu membuat pembangunan Yarmuk berbeda dengan wilayah lain yang hancur akibat perang. Banyak kawasan di Suriah masih menunggu perhatian pemerintah, terutama di bekas wilayah oposisi yang dulu menjadi medan pertempuran sengit. Wilayah itu identik dengan pemukiman Sunni dan masih penuh dengan reruntuhan.
Sebaliknya, Yarmuk tidak masuk prioritas utama pemerintah Suriah saat ini. Namun justru karena itu, komunitas Palestina mengambil alih tanggung jawab dengan sumber daya sendiri. Mereka tidak menunggu giliran, melainkan bergerak cepat membangun kembali rumah dan fasilitas umum.
Inisiatif ini membuat Yarmuk tampak lebih cepat bangkit dibanding wilayah lain. Beberapa blok rumah sudah mulai dihuni kembali, sementara toko-toko kecil pelan-pelan buka. Kehidupan yang sempat mati kini menunjukkan tanda-tanda kebangkitan.
Penggalangan dana dari diaspora Palestina menjadi salah satu faktor kunci. Dengan jaringan yang luas, dana itu bisa dikumpulkan lebih cepat dan terdistribusi langsung untuk kebutuhan rekonstruksi. Sistem ini lebih efisien karena tidak harus melewati birokrasi panjang.
Bagi warga Palestina, Yarmuk bukan sekadar tempat tinggal, melainkan simbol identitas. Itulah sebabnya mereka rela menyumbang besar agar kamp ini bisa hidup kembali. Bahkan sebelum pulang, banyak pemilik rumah sudah mengirim dana untuk memperbaiki bangunan mereka, sehingga saat kembali nanti, hunian sudah siap ditempati.
Proses pembangunan juga memberi semangat baru bagi para pengungsi Palestina yang masih bertahan di Suriah. Melihat kamp mereka kembali hidup memberi keyakinan bahwa masa depan lebih baik mungkin terwujud.
Meski masih jauh dari sempurna, perkembangan ini menunjukkan perbedaan mencolok antara Yarmuk dan kawasan lain. Di tempat-tempat lain, banyak warga Suriah masih hidup di tenda pengungsian dengan kepulangan yang belum jelas. Sementara Yarmuk mulai menunjukkan wajah baru yang lebih optimistis.
Seorang warga yang kembali ke Yarmuk menyebutkan bahwa melihat jalan-jalan kamp sudah bersih membuatnya merasa seolah pulang ke rumah. Meski bangunan di sekitarnya masih rusak, suasana kamp sudah jauh lebih nyaman dibanding beberapa tahun lalu.
Proses ini juga menegaskan betapa kuatnya solidaritas Palestina di dunia. Sumbangan dari komunitas di Eropa, Timur Tengah, hingga Amerika membuktikan bahwa Yarmuk bukan hanya urusan Suriah, tetapi bagian dari perjuangan kolektif bangsa Palestina.
Dengan kebangkitan Yarmuk, identitas Palestina di jantung Suriah kembali hidup. Generasi muda yang lahir setelah perang kini bisa tumbuh dengan lingkungan yang lebih stabil, sekaligus tetap menjaga tradisi yang mereka warisi.
Pemerintah Suriah sendiri tidak menghalangi upaya ini. Dengan memberi ruang bagi yayasan Palestina mengelola pembangunan, negara justru terbantu karena beban rekonstruksi sebagian bisa ditanggung oleh komunitas itu.
Ke depan, Yarmuk diperkirakan akan menjadi contoh bagaimana komunitas diaspora dapat berperan besar dalam rekonstruksi. Ia menjadi bukti bahwa kebangkitan tidak selalu menunggu negara, tetapi bisa dimulai dari akar komunitas.
Meski jalan masih panjang, Yarmuk telah menunjukkan bahwa dari reruntuhan, harapan bisa tumbuh kembali. Dengan dukungan diaspora Palestina dan tekad warganya, kamp ini perlahan bangkit, menjadi simbol ketahanan dan identitas yang tak pernah padam.
Advertisement